This blog does not represent the Fulbright Scholarship nor any other institutions mentioned here. It is the writer’s own to share her experiences to pursue scholarship and study abroad. For any official information, please refer to the official scholarship’s website.
Bulan Februari hingga Maret adalah bulan penuh gejolak. Tidak lain dan tidak bukan dikarenakan pada bulan-bulan ini universitas satu-persatu akan mengeluarkan Letter of Acceptance (LoA) kepada calon mahasiswanya. Selain LoA, hal yang aku tunggu adalah kejelasan finansial. Masih ingat kan kalau 4 universitas yang aku daftarkan kesemuanya berada jauh diatas funding Fulbright? Dan benar saja 29 Januari acceptance pertama aku terima dengan shortfall.
Alhamdulillahirobbilalamin Arizona State University (ASU) menerimaku sebagai calon mahasiswanya. Batas accept/decline lumayan dekat yaitu 1 Maret, hanya berselang 1 bulan dari email penerimaanku ini. Awalnya aku kira LoA dari ASU akan datang bersamaan dengan kepastian cost-sharing atau merit scholarship yang mungkin dapat diberikan, namun ternyata khusus untuk kasusku tidak. Apabila aku mau menerima tawaran ASU ini, pertahun aku harus menyediakan tambahan dana kurang lebih senilai satu unit mobil. Aku ucapkan terima kasih atas penerimaanku disana, namun juga aku sampaikan keberatanku kalau shortfall tersebut tidak mampu aku penuhi. Namun, AMINEF menyampaikan kalau IIE masih bernegosiasi mengenai cost-sharing walau aku tetap harus sadar bahwa sangat mungkin cost-sharing tidak dapat diberikan. Ya, aku harus memahami situasi ini. Apalagi dengan adanya Covid-19 yang meluluhlantakkan ekonomi dunia, tentu aku tidak boleh memaksakan akan adanya bantuan dana tambahan tersebut. Meski dalam lubuk hatiku berat rasanya harus melepaskan ASU. Jujur aku menangis saat membaca email dari PIC ku mengenai shortfall ini. Impianku mungkin bisa tertunda lagi.
![]() |
LoA pertama dari Arizona State University |
Beberapa hari kemudian, datang kabar dari AMINEF lagi kalau statusku telah naik menjadi PRINCIPAL candidate! Finally aku amat sangat lega sekali dengan statusku ini. Ini berarti Fulbright telah berhasil securing fund untukku bersekolah di US! Omaigat aku jadi sekolah lagi teman-teman! Namun berita ini aku simpan dahulu sembari menunggu kepastian dari universitas yang lain. Kan tidak lucu kalau sudah koar-koar mau sekolah lagi eh engga jadi karena tidak ada universitas yang menerima ataupun terkena shortfall lumayan besar.
![]() |
Kabar sebagai Principal candidate |
Seminggu kemudian rejeki datang lagi. Kali ini universitas keduaku yang menerimaku menjadi calon mahasiswa, University of Arizona! Dan lebih bersyukur lagi karena the estimated cost is WITHIN the allocated grant! Alhamdulillah ya Allah aku mendapat cost-sharing dari UofA! Alhamdulillah pokoknya aku sampai bingung harus bagaimana lagi. Bingung karena bahagia tentunya. Meskipun pilihan pertamaku masih shortfall, namun paling tidak aku mendapat cadangan dibangku nomor 2. Aku kirimkan konfirmasi ke PIC ku bahwa aku masih mau menunggu hasil negosiasi dengan ASU sebelum menerima UofA.
![]() |
LoA kedua dari University of Arizona plus cost-sharing available |
Tidak lama kemudian, tepatnya pada hari Kamis 18 Februari 2021, datanglah kembali email dari PIC yang mengabarkan Iowa State University (ISU) telah menerima diriku. Syukur alhamdulillah aku panjatkan karena ia Adalah universitas ketiga yang menerimaku. Awalnya biaya di ISU masih shortfall sekitar $15k namun bersamaan dengan ASU, ISU memberikan costsharing sehingga biaya untuk kuliah disana cukup dengan beasiswa dari Fulbright. Aku bersyukur sekali karena awalnya takut kalau kualifikasiku tidak memenuhi syarat untuk mendapat bantuan, namun ternyata dugaanku salah. ISU masih berbaik hati untuk memberikanku costsharing.
Seminggu sebelumnya aku lebih deg-degan dengan hasil nego IIE dengan ASU. Karena seminggu lagi aku harus memberikan jawaban apakah akan ACCEPT atau DECLINE tawaran separuh cintaku ini. PIC juga mengingatkan agar aku memberikan jawaban tepat waktu agar dapat segera diproses. Ya bagaimana ya, aku cinta sekali dengan ASU walau sudah mendapat 2 universitas aman. Hehe. Akhirnya karena sudah hopeless, aku mulai mencari-cari kembali program-program yang UofArizona tawarkan. Aku seperti sudah pasang badan untuk belajar mencintai si “kakak” karena harapan dari si “adik” masih menggantung. Turns out program-program di UofA kuat dalam bidang TESL. Juga durasi kuliah lebih lama 1 semester dari ASU, yang membuatku berpikir ulang untuk merasakan asyiknya tinggal lebih lama di negara orang.
Akhirnya 1 Maret pun tiba dan tidak ada informasi apapun dari ASU. Aku akhirnya mengemail PIC bahwa aku DECLINE ASU’s offer and ACCEPT UofA’s. Email aku kirimkan pada pagi hari dan beberapa jam kemudian PIC membalasnya. Isinya ialah ASU MEMBERIKAN costsharing! Senangnya bukan main! Namun tunggu dulu, ternyata masih ada kekurangan 10k karena costsharing yang diberikan masih tidak cukup untuk menutupi cost of attendance disana.
Sedih iya namun rasanya saat itu hatiku sudah move on ke UofA. Wildcats sepenuh hati! Aku balas email dari PIC tersebut keesokan paginya dan dimulailah babak selanjutnya: Medical Check Up dan Vaccine.
Komentar
Posting Komentar