If Play Could Talk

Play dan Gem

Namaku Pearl Playful Supernova. Panggilanku Play. Kata pemilikku, dahulu aku terlahir diam. Aku dikira telah mati saat dilahirkan karena tidak bergerak sama sekali dan tidak menangis. Aku hampir saja dikubur apabila 3 menit kemudian tidak bergerak. Sebelum aku lahir, telah lahir terlebih dahulu kakakku, Gem Witty Galaxy. Saat aku diam tak bergerak, Gem sudah dijilat ibu dan menyusu dengan tenang. Kami berdua anak yang tidak disangka akan lahir. Maklum kami terlahir dari seorang ibu yang berkekurangan. 

With our beloved mother

Ibuku tidak bisa bicara; dia hanya bisa membuka mulutnya dan mengeluarkan suara kecil. Ibuku juga bertubuh kecil, seperti kekurangan gizi. Saudari ibuku bernama Blessi, konon dia kucing calico yang amat sangat cantik. Berbulu tebal dan wajah bulat menggemaskan. Sayang, penyakit aneh merenggut nyawanya ketika dia belum berusia setahun. Sebaliknya, ibuku yang merupakan kebalikannya – buruk rupa dan bisu – tumbuh dewasa hingga dapat melahirkan kami. Ibu memang tidak pernah mengajari kami bicara, namun sedikit-sedikit kami bisa mengeong dengan sendirinya. Mungkin sudah bakat alami hewan seperti kami bergumul dengan keadaan. Kami tidak perlu sekolah untuk bisa bicara dan mencari makan. Cukuplah tubuh kami sehat dan lincah maka kami bisa hidup. 

Bekas cakaran ayah kami, Gendut

Tubuhku dan Gem cepat besar. Kami mewarisinya dari ayah kami, kucing tetangga bernama Nelly atau yang biasa dipanggil Gendut oleh pemilikku. Ayahku bertubuh besar, suka berkelahi, dan seorang pengembara. Aku sering melihatnya ketika dia mengunjungi kami di rumah. Sekali dua kali dalam sebulan. Awalnya aku selalu takut dengannya, bahkan dua paman kami – Inur dan Estit – tidak pernah menampakkan diri lagi di rumah begitu ayah kami sering berkunjung. Rupanya amat garang dan cakarannya tajam. Tangan pemilik kami sampai berbekas cakar dalam karena cakarannya. Tapi ayah tidak pernah mencakar kami. Terkadang ayah menunjukkan taringnya pada kami, namun belakangan ini tidak lagi. Mungkin ayah juga takut pada kami, atau tidak tahu harus bersikap apa pada anaknya. Kini, kalau ayah kami berkunjung, kami pasti mengajaknya bermain. Walau ayah bergeming dan hanya melihat kami berkejaran kesana-kemari. 

Our grandmother, Blacky

Aku tidak tahu apa yang akan kami alami dalam hidup. Pemilik kami masih muda, namun kata ibu kami tidak akan melihatnya bertambah tua. Hanya nenek kami, Blacky, yang pernah melihatnya tumbuh besar. Usia kami tidaklah panjang. Mungkin 5 tahun adalah usia yang amat panjang bagi kaumku. Sedang 5 tahun bagi umat manusia hanyalah waktu biasa. Namun nenek mencapai usia 10 tahun ketika dia mati. Kami memang tidak pernah melihatnya secara langsung, karena nenek mati jauh sebelum kami lahir. Namun pemilik kami sering memperlihatkan fotonya pada kami. Blacky adalah sahabat pemilik kami; mereka bertemu saat nenek masih kecil dan pemilik kami berusia 12 tahun. Mereka tumbuh besar bersama. Namun dalam jangka 10 tahun, Blacky telah menjadi ibu dan nenek bagi banyak kucing sedang pemilik kami baru menyelesaikan masa remajanya. Sungguh perbedaan waktu yang besar untuk 2 makhluk penghuni bumi. 


Little Gem and Play

Tidak peduli kekurangan ibu kami, kami berdua sangat menyayanginya. Ibu selalu mengalah saat kami makan. Bahkan ibu sering menangkapkan cicak untuk kami mainkan. Pemilik kami bercerita kalau ibu-ibu kucing sering memberikan tikus pada anaknya. Namun aku toh cukup puas hanya diberi cicak. Lagipula, sudah tidak ada sawah didaerah kami, jadi sulit menangkap tikus. Dan juga, bahaya sekali berkeliaran di luar rumah. Banyak kendaraan melintas dan manusia-manusia jahat nan iseng siap menyiksa kami. Wilayah bermain kami hanya sebatas rumah dan teras. Saat aku besar nanti, aku ingin menjelajah keluar. Kata ibu, diluar banyak sekali kucing-kucing. Kami bisa bermain dan bertengkar dengan mereka. Namun ibu selalu berpesan bahwa inilah rumah kami. Jadi sejauh-jauhnya kami bermain, tetap pulanglah kesini. Aku mengangguk menyetujui. 

Our majestic father

Hal yang paling aku sukai saat dirumah adalah berlari dan menjatuhkan barang. Pemilikku tidak pernah marah saat kami tidur dikasurnya. Dia hanya marah ketika kami iseng menjatuhkan perabotan atau buku dari tempatnya. Dulu kami sering mengompol di kamarnya, sehingga pemilik kami harus mengepel berhari-hari hingga bau pipis kami hilang. Titik favoritku adalah mukena yang terlampir di belakang pintu kamar. Aku dan Gem selalu melompat dan hinggap di kain tersebut, lalu menggigit-gigitinya hingga jatuh. Rasanya seru dan menantang; melompat tinggi untuk menjatuhkan benda yang menggantung. Pemilik kami pasti marah saat kami melakukannya. Dia tidak suka dengan kejailan kami dalam merusak mukenanya. Apabila sudah begitu, kami pindah bermain gorden yang tersampir didepan pintu. Gorden itu sungguh menggoda untuk dipanjat. Alhasil kami sering memanjat dan mencakarnya, menimbulkan bekas kain yang kusut dan bolong-bolong. Kami sering dimarahi karenanya, sehingga begitu pemilik kami datang, kami langsung berlari mencari spot baru untuk bermain. Haha. 


Our dreamt cottage

        Pemilik kami berjanji pada kami. Dia akan membangunkan kami rumah sendiri. Rumah kecil mungil dengan halaman taman yang luas. Dia akan membangun pondok kucing disana. Juga menanam berbagai pohon berbatang tebal untuk kami panjati. Juga membebaskan kami untuk bermain-main tanpa kenal waktu. Dia berjanji akan melakukannya, dan kini sedang mengumpulkan uang untuk itu. Kami hanya perlu bersabar dan bermain lebih lama.

Komentar