Geraman mesin bus terdengar di bangku paling depan. Getaran mesin-mesinnya merayapi tubuh ini. Belum jua kendaraan berangkat, namun bau ruang tertutup telah menguasai otak jadilah mulut ini menahan mualan yang kian sering terjadi. Apakah anda orang yang mudah mabuk seperti saya? Kalau iya maka kita sehati, sehati memabukkan.
Sejak kecil saya sudah tidak suka dengan kendaraan tertutup. Mulai dari mobil hingga pesawat, semua moda transportasi bermesin dan ber-cover adalah musuh terbesar untuk berpergian. Ibu dahulu mengingatkan, “Bri, kalau kamu engga terbiasa naik bus, besok kalau cari kerja di luar kota bagaimana? Masak iya mau naik motor?” kalimat tersebut terngiang-ngiang sampai akhirnya saya kuliah. Dengan maksud hati untuk mencari pengalaman kerja dan memperluas pertemanan – alasan klise yang pasti diutarakan para mahasiswa pencari organisasi – membuat saya nekad untuk berlatih ‘mabuk’ kendaraan. Sengaja saya selalu mencari divisi yang tugasnya berpergian, sebutlah nama mereka: humas, jaringan, public relations, komunikasi, semua telah saya jabani. Awalnya hanya perjalanan dekat dengan naik motor pun cukup, namun perlahan-lahan komunitas sering berpergian ke luar kota, katakanlah ke kota tetangga Semarang dan Solo. Tubuh ini lambat laun kebal terhadap isi bus, eiitss namun tidak kebal 100%, masih ada 80% bagian yang mual dan 10% bagian muntah.
Baiklah itu adalah kasus naik bus, bagaimana dengan pesawat? Saya rasa itu bergantung pada tipe pesawat dan harga yang ditawarkan. Tipe Airbus adalah favorit saya karena lebih lengang dan komplit fasilitas, namun Boeing adalah yang sering saya naiki karena menyesuaikan budget. Perjalanan awal saya naik pesawat adalah ke Makassar, dan alhamdulillah dua jam dalam pesawat tidak muntah walau tangan ini selalu menggenggam kresek takut-takut mulut tidak bisa menahan. Kali berikutnya perjalanan 17 jam nonstop ke belahan belakang dunia, mual-mual selama perjalanan namun hanya muntah cairan walau tetap menjijikkan. Dan apakah obat anti-mual semacam Anti*o manjur?
Jawabannya ialah: Yesn’t. Saya pernah naik bus Jogja-Magelang dengan minum anti*o, dan ya sepanjang perjalanan saya tidak mual, namun saat sampai lokasi saya mulai pusing minta tidur. Kata teman, “Kamu sih kalau minum anti*o itu 30 menit sebelum naik bus, biar saat di bus kamu tidur terus waktu sampai tujuan kamu bangun.” Oala begitu to cara kerjanya ini obat. Alhasil saya kerap minum anti*o untuk setiap perjalanan saya (walau tetap mual apabila didalam bus diatas 4 jam) hingga akhirnya saya temukan obat yang lebih manjur: kenyangi perutmu!
Saat itu saya ke Bali dengan naik bus untuk tamasya ria. Sepanjang jalan kami kerap berhenti untuk makan di restoran. Saya tidak pernah makan siang karena takut akan saya untahkan, lagipula saat itu ibu sudah membekali dengan obat paling pahit yang pernah saya minum, yang kata ibu obat anti mabuk. Pun pusar saya telah diplester dengan perban putih, yang kata ibu pula bisa menghindari mabuk. Namun hasilnya, baru sampai perbatasan Jawa Timur saya sudah tidak bisa diajak bicara karena mulut penuh dengan muntahan. Hingga pada akhirnya ibu guru harus mengeroki leher saya dan memijat saya serta meminumkan ke saya obat 3 lapis yang entah apa khasiatnya. Hasilnya? Alhamdulillah saya tidak muntah lagi walau masih mual. Bu guru juga berpesan untukku banyak makan. Seketika setelah dikeroki, nafsu makan saya meningkat dan di pemberhentian berikutnya saya makan dengan lahap. Sampai Bali hingga pulang lagi saya tidak muntah. Alhamdulillah. Cerita yang sama juga terjadi Ketika saya naik kereta dan pesawat. Pokoknya harus makan nasi sebelum naik. Meski mual tidak bisa hilang – dan saya yakin tidak akan pernah hilang – setidaknya muntah bisa dihindari. Hingga kini saya tidak lagi minum anti*o untuk menanggulangi musibah ini, cukup dengan kenyangkan perut. Namun ada 1 rahasia lagi untuk melengkapi isi perut: emut permen!
Dalam setiap perjalanan, meski itu hanya untuk 1 jam saja, saya paling menghindari percakapan. Pokoknya kalau sedang di jalan itu ya fokus ke jalan atau tidur sekalian, jangan membuka mulut. Kenapa? Takut saja mual ini akan membawa makanan di perut balik lagi ke mulut. Salah satu trik dan jawaban untuk mencegah mereka naik Kembali adalah mengemut permen. Segala jenis permen pernah saya coba, namun paling suka ialah rasa mint dan buah-buahan. Saya hindari permen kopi atau susu karena membuat mual makin mual. Hingga kini, ada dua hal yang wajib dalam genggaman selama di jalan: kresek dan permen! Jangan lupa lengkapi dengan tisu dan masker, untuk menyembunyikan hidung dari aroma bahan bakar kendaraan dan udara pengap.
Jadi apakah anda seperti saya si mabuk kendaraan? Diatas adalah tips yang dapat anda coba. Makan kenyang, emut permen, dan minum anti*o 30 menit sebelum kendaraan jalan. Semoga membantu!
Komentar
Posting Komentar