This blog does not represent the Fulbright Scholarship nor any other institutions mentioned here. It is the writer’s own to share her experiences to pursue scholarship and study abroad. For any official information, please refer to the official scholarship’s website.
Selama Desember aku deg-degan apakah diminta mengulang tes kembali atau tidak. Namun Desember berlalu dan tidak ada kabar lagi akan retake tes. Hatiku lumayan lega karena itu berarti IIE menganggap nilai-nilaiku sebelumnya ‘cukup’ untuk didaftarkan ke universitas. Batas pendaftaran universitas ialah 15 Januari 2021 dan aku mulai kepikiran untuk Direct Apply (DA).
Alasanku saat itu ialah keempat universitas yang aku tuju memiliki Cost of Attendance (CoA) diatas $40k (sedangkan beasiswa Fulbright maksimal di angka $35k pertahun). Aku pun berkonsultasi dengan mentorku mas Arief. Mas Arief menyarankan apabila aku punya cukup dana untuk DA (yang memang harus dari dana pribadi karena Fulbright hanya mendaftarkan maksimal ke 4 universitas secara gratis) maka lakukan saja DA. Mas Arief sendiri tidak memiliki pengalaman DA karena beliau telah mendapat LoA di bulan Desember (wuihh cepat sekali kan munculnya?). Karena aku tidak bisa tidur dengan tenang, maka aku pun segera searching kampus-kampus yang CoA nya dibawah 35k. Bertemulah aku dengan Southern New Hampshire University (SNHU) dan Northern Illinois University yang memiliki program TESOL dengan CALL plus CoA tidak sampai 35k. Aku memutuskan untuk mendaftar di SNHU saja karena syaratnya tidak ribet (tidak memerlukan SO, PS, maupun Reference Letter; hanya transkrip S1 dan iBT saja). Untuk biaya yang dikeluarkan ialah $20 untuk mengirim sertifikat iBT dan $40 untuk biaya pendaftaran, serta 10 ribu rupiah untuk shipping dokumen transkrip nilai legalisir lewat Pos Indonesia (cari yang paling murih karena udah ga punya duit >.< walau akhirnya sebulan ga sampai-sampai hingga universitas utama sampai memberikan offer). Pembayaran dilakukan dengan CIMB CC virtual yang tersedia di mobile bankingnya, alhamdulillah berhasil. Dari AMINEF sendiri menyediakan supporting letter yang memberitahukan soal statusku sebagai kandidat beasiswa Fulbright dan diberikan akses temporary ke akun ETS untuk keperluan pengiriman sertifikat iBT. Aku selesai melakukan DA pada akhir Januari 2021.
Selama proses DA, tidak disangka-sangka ada email masuk yang memberitahukan bahwasanya Iowa State University (ISU) meminta wawancara pada tanggal 13 Januari. Email baru tiba pada tanggal 12 Januari dan karena mendesak maka aku chat personal PIC ku. PIC mengiyakan untukku membalas email dari IIE dan aku memilih tanggal 14 Januari karena slot 13 Januari telah habis. Lumayan lega rasanya karena aku punya persiapan sehari lebih lama.
Karena menyesuaikan waktu Chicago, maka interviewku adalah pagi-pagi subuh tanggal 15 Januari. Semalaman aku tidak bisa tidur memikirkan interview yang akan dilaksanakan via Webex. Alhamdulillah tetring hapeku lancar dan interview dimulai pukul 03.50 WIB. Aku memperkenalkan diriku pada dua orang dosen TESL dari ISU. Tidak lupa aku tekankan bahwa aku Fulbright candidate, yang lalu salah satu dosen bilang, “So you have no problem in funding your study, right?”. Aamiin Bapak saya harap apabila diterima saya tidak mengalami shortfall. Interview tidak ada yang mendalam seperti saat interview beasiswa, mereka lebih banyak menjelaskan mengenai program-program yang tersedia di ISU dan bagaimana mahasiswa dapat menyelesaikan studinya, either dengan project maupun dengan thesis. Lalu aku diberi kesempatan untuk bertanya dan menanyakan mengenai teaching practice disana: apakah harus mengajar atau tidak. Dan beliau mengatakan kalau teaching practice sedang dibatasi karena pandemi dan diganti dengan observasi kelas dan diskusi. Tidak lebih dari 15 menit maka interview pun berakhir. Aku amat sangat lega salah satu universitas meng-consider diriku untuk menjadi mahasiswanya. Such a bless and relief pokoknya.
Bersambung ke Februari – April: Menanti LoA dan Principal Candidate
Komentar
Posting Komentar