Menelusuri West Coast Lewat Highway 101 - Part 2

Sleeping Beauty Castle Disneyland



Bagaimana rasanya ketika masa kecilmu terputar kembali di masa dewasamu? Sering kali aku terlupa akan apa yang dahulu aku lakukan dan tiba-tiba tanpa direncanakan, mimpi kecilmu terwujud. Kau tidak merasakannya seepik dahulu namun rasa itu ada — tetap ada. Itulah yang aku rasakan ketika kulihat kastil Disneyland di Anaheim, California. Apakah ada princess hidup didalamnya? Apakah Cinderella, Putri Salju, dan Aurora pernah singgah disana? Sayangnya otakku sudah tidak dapat memproses imajinasi sebaik 20 tahun lalu ketika boneka kertas nampak memiliki persona dan sifat masing-masing. Aku ingat bermain di sofa ruang tamu dengan menjadikannya rumah boneka. Tepat saat itu kucingku sedang tertidur diatasnya dan aku jadikan perut lembutnya sebagai salah satu kamar boneka kertasku. Ingat aku si kucing kadang marah karena tidurnya terganggu.


Okay sebaiknya aku lanjutkan Jalan Jalan Julid menelusuri California. Kita singgah ke kota kedua yaitu Los Angeles. Di pikiranku, LA ialah Hollywood. LA ialah artis dan aktor. LA ialah film. LA ialah pusat entertainment. Dan memang benar begitu adanya. Memasuki LA kami disuguhkan dengan baliho-baliho promosi film. Tidak lupa jalanan kecil berkelok-kelok naik bukit menjadi jalur mobil kami. Tidak seperti Tucson yang sepi dan coklat, LA ramai padat merayap dan hijau. Well, tidak hijau banget but at least ada rumput dan pepohonan. Di jalan kami heboh bercengkrama artis Hollywood manakah yang akan kami temui di jalan. Short answer, nobody. Hehe. Tidak perlu bertemu artis kalau diri kita sendiri sudah bak artis, benar tidak? Lupakan, mulai menghalu ini anak.  

Satu dari segelintir nama artis yang kukenal



Tujuan pertama kali ialah Hollywood Walk of Fame, trotoar panjang (God knows how long) tempat bintang-bintang bernama menempel. Kami parkir mobil di parkiran umum di ujung jalan untuk lalu menelusuri sideway. Agak menyesal kami parkir di paling ujung, karena langkah kecil kami hanya mampu sampai separoh jalan, dan kami kelelahan berjalan kaki di bawah terik matahari summer. Harusnya kita parkir agak tengah dekat dengan destinasi, biar tidak biru-biru ini kaki. Well, memang menyesal itu paling akhir. Aku kesulitan menemukan bintang artis-artis yang aku kenal, mungkin karena terlalu banyak dan akunya juga tidak cek google maps. Ternyata sampai ada bruhh GMaps buat ke bintang artis-artis terkenal. Huwaaa mau nangis aku baru tau ketika mau balik parkiran.


Kami mengunjungi Dolby Theater, TCL Chinese Theater, dan Miniso (yang terakhir ini bener-bener unexpected ada Miniso di Walk of Fame!). Sepanjang jalan juga banyak toko oleh-oleh dan kita mampir di beberapa toko. Sebenarnya aku malah lebih tertarik buat menelusuri belakang jalan raya, kayaknya keren gitu gedung-gedung sepi. Tapi aku urungkan karena kami tidak bisa berlama disini, ada tempat lain yang harus kami kunjungi. Aku sudah cukup bahagia melihat telapak tangan Christopher Nolan dan para avengers di depan TCL.



Tapak sutradara favorit Christoper Nolan


Tapak para avengers



Perjalanan selanjutnya yaitu ke Hollywood sign. Saat itu sudah sore hari,  kami berencana untuk berfoto di Griffith observatory yang berada di atas bukit. Sayangnya,  observatori begitu ramai. Saat kami sampai di atas, parkiran telah penuh. Hollywood signnya juga tertutup kabut. Akhirnya kami putuskan untuk mampir ke sign setelah dari Disney saja, sekalian memulai perjalanan ke San Francisco.


Kami mengarahkan mobil ke masjid At-Thohir dengan neighborhood yang tenang dan cantik yang masih berada di Los Angeles. Awalnya kami  kesulitan mencari parkir karena pinggir-pinggir jalan telah penuh dengan mobil, namun ada bapak Indonesia yang berbaik hati membukakan gerbang masjid yang halamannya dapat kami gunakan untuk parkir sebentar. Senang rasanya bertemu warga Indonesia di kota ini. Tidak mengherankan sih karena LA kan kota besar, namun tetap saja ada rasa keramahan dan kebersamaan yang hanya dapat dirasakan oleh warga satu bangsa.




Sore menjelang malam, kami memutuskan ke Venice Beach untuk melihat sunset. Awalnya semua nampak cerah namun begitu melalui highway, mendung menyerang. Rintik-rintik gerimis mulai turun dan awan semakin hitam. Tidak terlihat adanya matahari yang bersinar, padahal baru 10 menit kami berkendara. Apesnya lagi, kami kerap salah jalan sehingga harus putar balik. Maklum sopir kami hanya 1, tidak ada dari kami bertiga yang bisa menyetir menggantikan :( Akhirnya setelah setengah jam, sampailah kami di pantai. Namun lagi-lagi seperti di Griffith, kami urungkan niat ke pantai karena mendung semakin pekat. Tidak ada apa-apa untuk dilihat. Ya sudah kami akhirnya berkendara lagi ke Santa Monica Beach, tidak jauh dari situ.


Karena kami datang terlambat, parkiran telah penuh dan ditutup. Akhirnya kami mencari parkiran di deretan gedung agak dalam, syukurlah kami menemukan satu. Aku lupa namanya, kalau tidak salah Garage 6. Kami tidak perlu membayar parkir karena kami tidak lama di pantai, hanya satu jam saja. Santa Monica beach punya pier yang cantik sekali, namanya Pacific Park. Disana ada taman ria berisi bianglala, roller coaster, dan aneka stand-stand mainan mirip timezone. Kami mampir sebentar membeli churros, hmmmm enak gurih hangat sekali. Cocok mengisi perut kami yang kelaparan. Bawa uang cash ya kalau disini karena penjualnya banyak yang tidak menerima card.


Hawa menjadi dingin dan berangin, apalagi posisi kami diatas laut sehingga terasa makin menusuk. Kami hanya berfoto-foto saja, sudah cukup. Kami cukup kecewa saat itu karena tidak jadi melihat sunset. Habis bagaimana ya kami kan ke pantai mau lihat sunset, bukan taman ria. Huhu. Kami pun memutuskan untuk ke penginapan, berkendara sejam menuju Anaheim kota seberang. Kami harus istirahat total karena besok full-day kami akan bermain di Disneyland. Seperti apakah Disneyland? Wait for the upcoming post, will ya?

Komentar