Biaya yang Diperlukan Untuk Mendaftar Beasiswa Luar Negeri (Kasus Saya 2018 - 2020)

Lagi ramai sekali di twitter mengenai “keluhan” bahwa orang tak berpunya semakin sulit lanjut sekolah di luar negeri. Pada dasarnya tweet tersebut ramai karena biaya menggunung yang harus dikeluarkan para pemburu beasiswa LN. Tidak salah memang karena ada banyaaak sekali rupiah yang harus diinvestasikan dan belum tentu sukses mendapat beasiswa. Untuk itu ada banyak sekali kandidat yang menyerah begitu uang yang diinvestasikannya tidak mendapat hasil dalam kurun waktu 2 tahun - salah satunya (hampir) diriku.


 

Sejak awal aku menyadari bahwa mendaftar beasiswa tidak semudah dan semurah isapan jempol. Hal tersebut aku ketahui dari seminar-seminar pendidikan yang aku ikuti, semua mensyaratkan nilai IELTS official sekian yang begitu aku cek biaya tesnya sekitar 3 juta rupiah. Mahal memang terutama untuk diriku yang hanya guru les yang kadang uang yang aku terima kurang dari UMR Jogja (UMR Jogja 2 juta rupiah). Sehingga mau tidak mau aku menabung dahulu selama 1 tahun sembari bekerja siang-malam agar uang tersebut dapat terkumpul, dan pada akhirnya terkumpul juga setelah menahan diri untuk membelanjakan laptop, HP, dan skincare idaman. Lalu apakah setelah itu selesai tugas? Oh no ternyata aku gagal wawancara beasiswa! Rasa sakit yang menghujam membuatku semakin kendor dan ingin menarik diri dari pertempuran beasiswa. Lha kok langsung nyerah? Hlo bukan begitu, masalahnya dalam setahun sudah 3 beasiswa yang menolakku berturut-turut (Australia Awards, Fulbright, dan LPDP). Terbayang-bayang uang 3 juta yang susah payah aku kumpulkan dan tidak ada hasil. 


Namun namanya juga aku tidak punya pilihan. Sebenarnya aku sudah mau menyerah dan kuliah dalam negeri saja, yang kalau mendaftar beasiswanya pakai TOEFL ITP yang “murah” (sekitar 550-600ribu). Lagian juga aku tidak perlu belajar ngoyo untuk ITP karena hasilnya ehemm sudah bagus. Hehe (suomboong dikit). Tidak seperti IELTS yang aku sudah kumpulkan buku-buku latihan dan ikut pelatihan online di ieltsonlinetests.com namun tidak jua mendapat skor idaman (impianku band score 7.0). Namun entah mengapa setahun di reject terus aku tetap nekat daftar beasiswa LN kembali di tahun 2020. Dan aku bersyukur sekali aku melakukannya. Tentunya dengan persiapan yang lebih matang terutama bagian essay dan berlatih wawancara. 


Okay balik lagi ke biaya. Ada banyaak sekali komponen biaya selain IELTS/TOEFL yang paa kandidat harus keluarkan. Aku akan jabarkan mendetail (semoga) disini sebagai gambaran pada kalian para scholarship hunter. Patut digarisbawahi jikalau kita mengusahakan, akan ada jalan. Saya bukan oang kaya, bukan juga punya privilege. Selama proses mendaftar beasiswa saya tidak minta duit siapa-siapa, termasuk orang tua (ortu saya keduanya sudah pensiun sejak 2012; tidak etis kalau saya yang sudah berijazah S1 terus meminta). Dan pekerjaan saya bukanlah yang tetap macam PNS maupun pegawai swasta yang punya uang bulanan serta BPJS. Saya hanya guru les yang dibayar per-pertemuan, jadi kalau sebulan hanya mengajar 10 kali maka ya cuma gaji 10 meeting tersebut saja. Sedih? Kalau masalah gaji iya (wkwkkw). Kalau masalah waktu saya bersyukur waktu saya fleksibel sehingga banyak waktu luang untuk persiapan scholarship. Cara mensiasati gaji sedikit ialah dengan berhemat sehemat-hematnya. Yuk mari kita mulai. 


2018 + 2019

Perjuangan meraih beasiswa dimulai pada November 2018, setelah saya lulus kuliah dan mendapat pekerjaan sebagai guru les. Saya aktif mengikuti pameran pendidikan yang banyak diadakan di seputaran Jogja. Selain ikut seminar gratisan, saya juga aktif mengikuti dummy IELTS test berbayar untuk mengetahui skor IELTS saya. Tidak murah memang dummy test ini, mulai dari 50k hingga 195k pernah saya ikuti. Yang paling konsisten mengadakan dummy test adalah Cilacs UII dengan biaya 195k per tes dan hasil tes 2 minggu setelahnya. Total ada 7 dummy test yang saya lakukan selama satu tahun. 


Dummy IELTS atau IELTS Simulation


Saya ringkas saja tiap dummy test berbayar 150k, maka total biaya 7 dummy test ialah Rp1.050.000,00.


Apakah dalam tiap dummy test nilai saya meningkat? Ya dan tidak. Awal dummy test skor saya hanya 5.0 dan meningkat dikit-dikit hingga di dummy test ketujuh skor saya 6.5 dan tidak meningkat lagi. Ringkasnya hanya naik 1.5 saja dengan belajar mandiri tanpa les. Bagi yang suka gretongan kayak saya, silakan ke ieltsonlinetests.com untuk dummy test IELTS reading dan listening gratis serta ikutilah live webinar yang diadakan tiap Senin dan Kamis di website yang sama. Lumayan menambah semangat untuk tes beneran. 


Setelah dummy test terus selama setahun, saya beranikan diri gambling ambil IELTS beneran. Sebenarnya agak riskan dengan skor dummy tersebut untuk tes beneran. Namun bismillah kalau tidak dicoba kapan tau-nya, iya ngga? Saya tidak muluk-muluk, cukup dapat 6.5 saja agar lolos daftar LPDP. Tes official saya ambil bulan Agustus 2019 dengan biaya Rp2.900.000,00 via British Council. Selengkapnya mengenai pengalaman saya tulis disini. Hasilnya beneran 6.5. Sedih karena target dulu banget adalah 7.0. Tapi lumayanlah bisa buat apply LPDP. 


2020

Setelah bulan November 2019 saya direject LPDP alias gagal di seleksi wawancara, saya mulai mengumpulkan semangat untuk daftar kembali di 2020. Saya minta saran teman saya yang lolos LPDP LN jalur afirmasi dan memang persiapan teman saya ini sudah matang, yaitu sudah punya LoA conditional universitas tujuan. Saya yang sudah percaya diri mendaftar pakai IELTS saja jadi malu. Ternyata yang lebih siap dari saya banyak banget ya >.< Akhirnya saya revisi personal statement dan study objective saya dan mulai mencari LoA. LoA dapat didapatkan secara gratis lewat IDP (pengalaman saya di IDP Jogja yang kantornya di Jalan Solo dekat Galeria Mall). 


Meski IELTS belum mencukupi (karena jurusan saya minta IELTS 7.0) saya tetap didorong untuk mendaftar. Pokoknya daftar dulu, nanti kalau diterima bakal dikasih LoA conditional dan bisa fokus retake IELTS, begitu kata counselor IDP saya. Akhirnya LoA dari UNSW (University of New South Wales Aussie) saya dapatkan secara gratis. Namun sayangnya UNSW tidak ada dalam list LPDP pendidikan tahun 2019, sehingga saya daftar ke Unimelb (University of Melbourne Aussie) yang ada di list LPDP dengan biaya pendaftaran AUS$100 atau Rp1.000.000,00 kurang sedikiiit. Note: Khusus untuk Unimelb ada biaya pendaftaran ya meski mendaftar lewat IDP. Pembayarannya langsung ke counselor IDPnya pakai rupiah, lalu counselor akan membayarkan ke universitasnya. Nanti kita akan dikasih nota pembayaran beserta nomor pendaftaran dan PIN untuk mendaftar di portal application milik univ. 


Kalau mau tahu pendaftaran tiap universitas impian gratis atau tidak, bisa berburu langsung ke website universitas tujuan. Pengalaman saya mendaftar di University of Edinburgh dan Birmingham University adalah gratis juga. 


Singkatnya…

Petualangan saya berburu beasiswa tanpa hasil adalah sampai di tahap ini. Jadi minimal uang yang harus saya keluarkan untuk bisa daftar beasiswa (meski tidak lolos :”( ) adalah:


Dummy IELTS : Rp1.050.000,00

IELTS official : Rp2.900.000,00

Daftar univ : Rp1.000.000,00

Buku latihan IELTS : Rp500.000,00

TOEFL ITP : Rp550.000,00

=============================== +

Total : Rp6.000.000,00


Total diatas belum saya hitung dengan bensin dan fotokopi serta legalisir ijazah ya. Legalisir ijazah kalau di universitas saya murah per lembar hanya 2k saja. Lalu saya juga tidak menerjemahkan dokumen ke sworn translator maupun mengirimkan berkas fisik ke universitas tujuan di luar negeri. Kalau membutuhkan kedua hal diatas, maka biayanya bisa double mengingat shipping ke LN bisa habis 500k per pengiriman. Biaya diatas juga hanya untuk tes IELTS 1x, apabila skor tidak mencukupi dan perlu tes lagi maka biaya juga bakal double. Jadi apakah dengan habis 6 juta otomatis saya mendapat beasiswa? Hehe tentu tidak boss. Tapi karena ini impian saya, dan saya bekerja keras untuk mendapatkannya, saya pikir uang segitu worthy untuk diinvestasikan. Okay saya sudahi dulu postingan ini. Semangat untuk kalian Scholarship Hunters! Kalian tidak sendiri. 


Ambil laptop dan alat tulismu, mari berburu beasiswa bersamaku!


***

Komentar