Agustus – September: Menunggu dan Datangnya yang Ditunggu, Mentoring Program dan Persiapan iBT & GRE
This blog does not represent the Fulbright Scholarship nor any other institutions mentioned here. It is the writer’s own to share her experiences to pursue scholarship and study abroad. For any official information, please refer to the official scholarship’s website.
Okay kita sudah sampai ke tahap post-interview. Apa yang aku lakukan? Ya hanya menunggu wkwkwk :D. Mba Emma sempat chat kalau saat wawancara dia bertanya kapan kira-kira pengumuman diberikan. Staf AMINEF menjawab kalau dalam satu bulan akan diumumkan dan hanya kandidat terpilih saja yang akan diberitahu. Agustus telah berlalu dan satu bulan sudah berjalan namun belum ada email masuk. Kami para interviewee menunggu dengan harap-harap cemas. Belum ada salah satu dari kami yang diemail, ah masak iya tidak ada satu pun dari kami yang lulus? :( Saat memikirkannya hatiku menciut kembali. Rasa sedih dan bayang-bayang penolakan kembali menghantui. Benarkah diriku tidak ‘menjual’ dan berkuliah di negara lain bukan jalanku? Mungkin memang sudah waktunya aku menerima kenyataan ini. Mungkin ini tanda dari Yang Maha Agung bahwa aku diminta bangun dari mimpi dan menghadapi kenyataan yang ada di depan mata. Rasanya perih saat mengingat 4 tahun yang aku habiskan di bangku sarjana untuk ikut berlomba dan meraih prestasi serta menjalin relasi nampak kabur dan tidak laku begitu disaingkan dengan prestasi dan pengalaman orang lain. Ketidakpercayaan diriku menguasaiku.
Hingga tanpa disangka-sangka pada 2 September 2020 ada email masuk kembali. Namun tidak seperti yang kami sangka, email tersebut tidak memberitahukan status candidacy kami. Malahan email tersebut meminta kami untuk mengirimkan berbagai surat dan transkrip nilai kembali serta membuat akun di IIE. Semua itu harus dilakukan dalam waktu seminggu karena deadline submit dokumen adalah 11 September. Waduh aku harus bergegas pokoknya! Aku yang langsung chat dengan interviewee lainpun saling bertanya satu sama lain. Total ada 3 orang yang diemail, aku, mba Emma, dan Zhafira. Dugaan bahwa kami masuk kandidat lumayan menguat saat mba Emma sharing cerita kalau sudah diminta membuat akun di website IIE (Institute of International Education) maka sudah mesti kalau diterima. Aku yang masih menolak percaya (karena tidak mau kagok begitu tidak jadi kandidat) curhat ke senior-senior di tempat kerja sembari mencari surat izin mengikuti beasiswa yang harus ditandatangani kepala/supervisor di kantor.
![]() |
Email pertama selepas wawancara |
Seniorku di tempat kerja yang juga alumni Australia Awards menenangkan aku, “Mungkin mereka juga sedang menunggu keputusan dari pusat juga, Bek. Sekarang, sudah kamu lakukan apa yang diminta. Mereka pasti akan memberitahukan kejelasannya kok. Tidak mungkin mereka akan meninggalkan ketidakpastian.” Ada benarnya juga ucapan beliau. Dan juga ada banyaaak sekali dokumen yang harus disubmit online dan via pos. Salah satunya adalah transkrip nilai dan ijazah yang harus dilegalisir dan dikirimkan dalam amplop tertutup berkop universitas/fakultas yang mengeluarkan serta writing sample sepanjang 10 halaman. Terima kasih untuk Fakultas Bahasa dan Seni UNY yang dengan baik melayani diriku yang suka nyusu-nyusu ini. Beruntungnya aku karena masih lockdown jadi kampus sepi dan aku langsung dilayani hari itu. Tambahan lagi, terima kasih kepada senior-seniorku di tempat kerja yang dengan ikhlas proofreading essai ku yang mana ialah artikel skripsiku dahulu. Big thanks for you ALL!
Dalam email yang aku terima pula, telah diberitahukan akan adanya tes iBT dan GRE yang kemungkinan diadakan di akhir September dan awal Oktober. Dua tes inilah yang membuatku ketar-ketir karena selama ini aku hanya familiar dengan IELTS serta aku sangat lemah sekali dalam matematika. Aku pun langsung mencari buku-buku mengenai itu di perpustakaan kantor (sekali lagi beruntungnya diriku yang bekerja di universitas; aku jadi punya akses ke perpustakaan dan mengurung diri disana tanpa ada keriuhan mahasiswa lain, literally dari pagi sampai sore aku ada disana belajar iBT dan GRE; makasih kampusku tercintaah!).
Tidak lupa pula, email tersebut memberitahukan bahwasanya aku harus mencari satu orang supervisor lagi untuk menjadi referee ketiga. Kupikir dua referee saja sudah cukup, namun ternyata kampus-kampus besar di US memang kebanyakan meminta 3 reference letter. Jadilah aku mulai menghubungi bapak/ibu dosen yang dahulu menjadi pembimbing skripsiku, pimpinan tempat kerjaku (yang juga dosenku di S1), serta dosen yang banyak membantuku saat aku mengurus lomba dahulu. Mereka amat sangat mendukungku dan mendoakan yang terbaik untukku. Alhamdulillah matur nuwun Ibu Dyah Setyowati, Ed.D., Bapak Nurhidayanto, Ph.D., dan bapak Joko Priyana, Ph.D. yang telah membantu saya melewati proses beasiswa 2 tahun belakangan ini. Mohon maaf yang sebesar-besarnya saya telah merepotkan panjenengan sami. I know I can’t repay what you have done for me. Matur nuwun sanget.
Dan email yang ditunggu-tunggu pun tiba. Pada tanggal 8 September sore hari, saat aku sedang mengajar, notifikasi email di HP muncul. Karena fokus di kelas, aku hanya mengintip sebentar pop-up tersebut. Dan tidak salah lagi ada tulisan alternate disana. Konsentrasiku langsung buyar dan aku minta para siswa untuk mengerjakan soal mandiri sembari aku membuka email dan membaca dengan sabar. YES benar sekali aku terpilih menjadi alternate candidate! Saat itu mba Emma dan Zhafira langsung menge-chat aku; turns out hanya aku yang alternate dan kedua temanku ini principal. Rasa senang namun bercampur-aduk dengan sedih membanjiriku lagi. Ternyata tidak semudah itu meraih beasiswa, Fergusso! Malamnya aku langsung browsing tentang alternate candidate, dan hanya beberapa cerita saja mengenainya. Untuk itu, aku buat tulisanku di blog ini sebagai cerita tambahan untuk para alternate. Tetap yakin dan semangat pokoknya!
![]() |
Finally email yang ditunggu |
Banyak sekali para alternate yang menjadi principal di akhir-akhir masa saat akan berangkat. Begitu pula denganku. Aku baru ditetapkan menjadi principal candidate pada tanggal 5 Februari 2021, di posisi aku telah ditawari kursi di Arizona State University meski masih shortfall. Sehingga 5 bulan sudah aku menunggu-nunggu kepastian. Dan banyak hal terjadi dalam 5 bulan tersebut. Mari kita lanjutkan ceritanya.
Selepas tanggal 11 September, datanglah email lagi yang memberitahukan mengenai mentoring program. Di program ini, para kandidat akan disambungkan dengan alumnus Fulbright yang memiliki background study yang sama dengan kita, yang akan mendampingi kita dalam meng-improve Study Objective dan Personal Statement serta memberikan rekomendasi kampus-kampus mana yang mungkin cocok dengan SO dan PS kita. Aku beruntung sekali mendapat mentor mas Arifuddin Balla, alumnus Master of Linguistics and TESOL dari Southern Illinois University Carbondale. Mas Arief ini fast-respond sekali dan banyak memberikan masukan dalam esaiku. Beliau pulalah yang men-direct aku untuk mencari jurusan yang memiliki mata kuliah Computer Assisted Language Learning (CALL) ataupun Educational Technology. Pokoknya salut sama Mas Arief atas dedikasinya dalam membimbingku. Matur nuwun.
Dikarenakan universitas-universitas yang aku tuju mensyaratkan iBT 100, maka aku gencar-gencarkan hari-hari yang tersisa ini untuk belajar iBT. Lalu bagaimana dengan GRE (Graduate Record Examination)? Well, jujur aku tidak terlalu mempelajarinya. Hue hehe. Namun ada alasannya aku tidak terlalu fokus ke situ; karena semua program dan universitas yang aku tuju tidak menyaratkan GRE. Pun sebenarnya memang ada yang mensyaratkan GRE bagi yang tertarik menjadi teaching assistant sembari kuliah besok, namun khusus tahun ini persyaratan tersebut ditiadakan karena Covid-19. Jadilah aku gencarkan iBT karena memang iBT untuk TESOL lumayan tinggi. Rata-rata jenjang S2 mensyaratkan iBT minimal 79-80 namun karena aku mau belajar Pendidikan Bahasa Inggris makanya iBT ku minimal harus 95, 100 lebih diutamakan (iBT 100 setara IELTS 7). Untungnya tidak ada minimal skor per section, hanya di-general-kan bahwa overall score 100 (aku sudah insecure sekali dengan speaking dan writingku >.<).
Sebenarnya ada pembekalan tes iBT dan GRE yang diadakan oleh AMINEF bekerjasama dengan KAPLAN. Namun sayang aku bukan termasuk yang diundang untuk les tersebut. Untuk sistem pemilihan siapa yang ikut dan siapa yang tidak memang tidak diumumkan. Jadilah aku belajar mandiri iBT dan GRE lewat youtube, lewat web ETS, juga lewat website Princeton Cracking the GRE.
Jadwal pertama ialah iBT yang dijadwalkan pada 28 September 2020. Biasanya iBT dilakukan di test-center di masing-masing kota domisili. Namun 2020 memang beda. Kami melakukan iBT dan GRE secara home edition di kediaman masing-masing. Untuk cerita lengkap mengenai iBT special home edition silakan klik link berikut.
Komentar
Posting Komentar